Menjulang Kejayaan Demi Kemenangan |
Menjulang Kejayaan Demi Kemenangan
Di sebuah
kawasan yang sunyi, keheningan memasuki memenuhi jiwa. Kayangan (1990), masih
mengejar makna kemajuan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh
perjuangan kemerdekaan, yang masih belum selesai setelah catatan berbagai
peristiwa suka dan duka dalam sejarah negara.
Embun pagi
menetes bersama kehangatan menyentuh hati, mengundang ketenangan untuk menyapa
kegembiraan ketika matahari mulai muncul. Kicauan ayam dan riuh siulan
burung-burung menyelesaikan tugas harian masing-masing, membangunkan alam yang
masih lena. Cermin mimpi mulai pecah, membuka realiti yang harus dihadapi oleh
setiap manusia di dunia ini.
Di tempat
tidur, kehangatan masih menyentuh tubuh, namun aku menggagahi diri untuk bangun
demi perjuangan. Setelah bersyukur kepada Ilahi atas pemberian umur yang masih
panjang, aku berdoa agar hari ini lebih baik dari kemarin. Itulah kata-kata
yang selalu diucapkan orang-orang yang berhasil.
Aku akan berusaha keras agar segala usaha dan pengabdian yang telah kulakukan akan membuahkan hasil.
Menjulang Kejayaan Demi Kemewahan |
Pesan ibu
yang masih segar dalam ingatanku, "Anakku, fahamilah bahawa kau harus
rajin belajar. Karena jika kita memiliki harta, kita harus menjaga harta itu,
tetapi jika kita memiliki ilmu, ilmu itu yang akan menjaga kita.
Zaman kami
dan zamanmu berbeza. Kami berjalan kaki berkilometer-kilometer hanya untuk
pergi ke sekolah. Buku-buku adalah barang mewah yang tidak mampu kami beli.
Belajar di bawah cahaya lampu minyak tanah. Sekolah tanpa kipas angin,
panas...!!! tapi kami tetap belajar untuk mendapatkan ilmu."
Mak, masa
kecil dulu memang susah untuk belajar dan mencari ilmu! Pasti banyak
pengorbanan yang ibu lakukan dahulu. Ibu juga bercerita bahwa pensil dulu tidak
ada pensil mekanik, jika pensil terlalu pendek setelah diasah, kami
memperpanjangnya dengan buluh agar masih bisa digunakan.
Jalan ke
sekolah tanpa tar, hanya jalan tanah merah. Sepatu putih akan berubah menjadi
merah. Sulit untuk mengganti sepatu setiap tahun. Meskipun lusuh dan koyak di
sana-sini, tetap setia menemani langkah ke sekolah. Jika hujan, kami harus
memasukkan kaki ke dalam plastik dan mengenakan sandal jepun. Sulit sekali pada
masa itu.
Menjulang Kejayaan Demi Keluarga |
Syukurlah,
zaman sekarang lebih moden. Tidak perlu berjalan kaki ke sekolah, tidak perlu
susah-susah menyiapkan lampu minyak untuk membaca buku, ada TV, ada komputer,
bahkan ke sekolah bisa naik sepeda atau diantar dengan motor atau mobil, dan
masih banyak kemudahan lainnya.
Kita harus
siap menjadi pelajar dan siap untuk belajar lebih lanjut.
Sarapan
pagi dengan nasi lemak, roti, dan kuih-kuih telah tersedia bersama uang saku di
atas meja makan.
Aku
teringat cerita ibu, "Dulu ibu pergi sekolah hanya membawa ubi rebus dan
teh. Kadang-kadang jika tidak membawa bekal, saat istirehat kami minum air paip
di sekolah karena tidak punya wang saku.
Baru pulang
sekolah, baru makan nasi di rumah. Lauknya kadang-kadang ikan masin,
kadang-kadang telur, dan kadang-kadang hanya dengan kicap."
Menjulang Kejayaan Demi Kecintaan |
Ibu tenang
menceritakan masa lalunya, sementara aku bisa melihat kesulitan dari tatapan
matanya. Perbedaan antara dulu dan sekarang sangat terasa.
Ibu berkata
lagi, "Belajarlah dengan tekun. Ibu tidak ingin kamu mengalami kesulitan
di masa depan."
Sebelum
pergi ke sekolah, aku mencium tangan ibu dan ayahku sambil mengucapkan salam
kepada mereka berdua, memohon redha mereka.
Aku ingat
pesan guru yang menyuruhku melakukan itu karena doa orang tua adalah kunci
keberhasilan kita.
Kata-kata
yang terpampang di dinding kantin sekolah, "Harapan ibu, insyaAllah akan
terwujud."
Ibu, aku
berjanji akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kejayaan dan kemenangan.
Dan aku
berdoa agar berhasil dalam perjuanganku ini.
Menjulang Kejayaan Demi Cita-cita |
Dengan semangat membara, aku menaiki basikal menuju kejayaan. Sekolah memang tidak jauh dari rumah, tapi aku lebih suka naik basikal. Banyak temanku dihantar oleh orang tua mereka.
Mereka rela
mengorbankan segalanya untuk melihat anak-anak mereka meraih harapan yang
mereka impikan.
Kami
menikmati pagi di desa, merasa nostalgia menyentuh hati.
Aku
membayangkan bahwa segalanya pasti akan berubah di masa depan karena aku sudah
menikmati kemudahan, seperti lampu elektrik dibandingkan dengan cahaya lampu
minyak tanah dulu.
Banyak
teman-temanku sudah berkumpul di depan kantor sekolah untuk mengambil
keputusan.
Ada yang
terlihat bahagia, ada yang muram saat keluar dari pejabat.
Aku...???
Deg-degan menunggu keputusan adalah siksaan.
"Ya Allah, kuatkan hatiku dan semoga
usahaku selama ini membuahkan hasil."
Saat
giliranku tiba untuk mengambil keputusan, dadaku berdebar-debar dan tanganku
gemetar saat menerima lembaran hasil ujian yang disodorkan. Mataku cepat
membaca setiap kata yang tertulis.
"Alhamdulillah..."
Terucap rasa syukur tanpa sadar, disertai air mata kebahagiaan. Tiba-tiba
tangan menyentuh bahuku.
"Tahniah, kau telah berjaya mengharumkan
nama sekolah. Cikgu bangga dengan prestasimu, muridku yang dulu nakal."
Menjulang Kejayaan Demi Usaha |
Aku memeluk erat guru, "Maafkan saya
cikgu dan terima kasih atas segala pengajaran."
Aku
Melangkah Untuk Mencapai Cita-cita aku di peringkat ijazah di University dalam
Malaysia.
Kisah ini membuktikan bahawa walaupun terdapat cabaran dalam
mengejar impian, dengan sokongan yang betul, segala-galanya adalah mungkin.
Lancarkan Impian Anda Sekarang macam Azman Segera.
Mohon Daftar sekarang di website mahsaintake.com
atau
Untuk
maklumat lanjut boleh hubungi Encik Am ditalian
0176842836 atau layari portal mahsaintake.com